Menggali Sejarah Tahu Gimbal: Makanan Ikonik dari Tanah Semarang

Ketika berbicara tentang kuliner khas Semarang, banyak orang langsung memikirkan Lunpia, Bandeng Presto, atau wWngko Babat. Tapi ada satu makanan jalanan yang tak kalah legendaris dan menggoda yaitu Tahu Gimbal. Hidangan sederhana namun kaya rasa ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner kota Semarang.

Tahu Gimbal adalah hidangan yang terdiri dari tahu goreng, lontong, kol segar, tauge, telur (kadang-kadang), dan yang paling khas: gimbal udang yang merupakan sejenis bakwan udang yang digoreng kering dan renyah. Semua bahan ini kemudian disiram dengan saus kacang petis yang kental dan gurih. Nama "gimbal" sendiri merujuk pada bentuk bakwan udang yang acak-acakan seperti rambut gimbal. Sedangkan tahu sebagai komponen utama memberi kesan sederhana, namun mampu menyerap rasa saus kacang dengan sempurna.

Tahu Gimbal diyakini berasal dari warung-warung kaki lima di Semarang pada era 1960-an hingga 1970-an. Makanan ini tumbuh dari kreativitas masyarakat setempat yang ingin menciptakan makanan murah meriah, mengenyangkan, dan berbumbu kuat. Dulu, gimbal dibuat dari udang kecil hasil tangkapan para nelayan pesisir Jawa Tengah. Karena udang kecil mudah ditemukan dan murah, masyarakat mengolahnya dengan cara digoreng bersama tepung menjadi semacam bakwan. Dari situlah, gimbal mulai dikenal dan menjadi bagian utama dari hidangan ini.

Yang membuat Tahu Gimbal unik adalah saus kacangnya. Tidak seperti saus pecel biasa, saus Tahu Gimbal biasanya mengandung petis udang dan pasta fermentasi udang yang memberikan rasa manis, gurih, dan sedikit asin yang sangat khas Jawa Tengah pesisir. Ini membuat rasanya berbeda jauh dari gado-gado atau ketoprak. Selain itu, penggunaan kol dan tauge segar tanpa direbus memberi sensasi renyah dan segar dalam setiap gigitan. Campuran rasa manis, gurih, pedas, dan segar ini membuat Tahu Gimbal sangat digemari, baik oleh masyarakat lokal maupun wisatawan.

Kini, Tahu Gimbal tak hanya dijual di kaki lima. Banyak restoran dan food court di Semarang dan luar kota yang menyajikan hidangan ini dengan versi kekinian, misalnya dengan tambahan telur dadar gulung, topping kerupuk, atau bahkan di-fusion dengan nasi goreng. Namun begitu, kenikmatan sejati Tahu Gimbal tetap terasa saat kamu menyantapnya langsung di Semarang, di pinggir jalan, ditemani angin sore dan ramai obrolan warung. Salah satu tempat terkenal adalah di daerah Taman Indonesia Kaya (dulu Taman Menteri Supeno), di mana banyak pedagang kaki lima menawarkan Tahu Gimbal otentik.

Tahu Gimbal bukan sekadar makanan, tapi cermin dari budaya kuliner Semarang: sederhana, jujur, dan penuh rasa. Ia lahir dari kreativitas rakyat, bertahan di tengah arus modernisasi, dan tetap dicintai lintas generasi. Jika kamu berkunjung ke Semarang, jangan sampai melewatkan kelezatan satu piring Tahu Gimbal,karena dari setiap gigitannya, kamu mencicipi sedikit kisah sejarah dan cinta kota ini.

Gambar: cookpad.com